Thursday, November 28, 2013

Hujan Dan Kita



"Aku memandang sekelilingku. Jalanan sepi. Tidak ada orang ataupun kendaraan apapun yang melintas. Aku merapatkan jaket yang aku pakai. Sudah sejak satu jam yang lalu hujan mengguyur kota Jepara. Sudah selama itu pula aku berteduh di tempat ini, tapi langit belum menunjukkan tanda-tanda hujan akan berhenti.
 “Hai, udah lama di sini?” tanya seseorang tiba-tiba. Aku menoleh, kulihat Mello berdiri satu meter jauhnya dari tempatku berdiri.
“Lumayan” jawabku pendek.
Kenapa gue harus ketemu elo sekarang? batinku gemas.
Mellody Devorian Arras. Mahluk menyebalkan nomor satu di Galaksi Bima Sakti. Rasanya aku ingin menendangnya jauh-jauh dariku. Meskipun sebenarnya dia sangat manis, kalau saja dia tidak sering menggangguku dengan ulahnya.
“Hujan itu indah ya…” celetuknya. Cowok itu menatapku, masih dengan senyum di wajahnya. Aku mengangkat kedua bahuku.
“Gue nggak suka hujan.” sahutku sekenanya.
Mello tertawa pelan.
“Lo aneh,” katanya. Aku meliriknya sekilas, cowok itu terlihat sangat cute saat tertawa seperti itu. Kalau saja, sekali lagi, dia tidak sering menggangguku dengan ulahnya.
“Lo nggak suka hujan, padahal itu nama Lo sendiri.” lanjut Mello.
Aku memutuskan untuk mengacuhkannya.
“Hujan itu selalu bikin gue merasa nyaman… Ketika gue ngerasain hujan, rasanya seperti nggak ada hal apapun yang perlu gue pikirin lagi. Beban gue serasa hilang begitu aja.” Mello tetap berbicara meskipun aku tidak menggubrisnya sama sekali.
“Hujan itu satu-satunya hal yang paling gue tunggu-tunggu kehadirannya.”
“Sama seperti Elo”
Aku terpaku mendengar kalimat terakhir yang diucapkan cowok itu.
“Lo bilang apa barusan?” tanyaku
“Sama seperti Elo” jawabnya
“Aneh Lo.” kataku judes
“Emang. Kalo gue nggak aneh, nggak mungkin gue suka ngusilin cewek yang gue suka. Kalo gue nggak aneh, nggak mungkin gue nyamperin dia ke sini padahal gue bisa langsung pulang. Kalo gue nggak aneh, gue nggak mungkin jatuh cinta sama cewek aneh kayak Lo.” kata Mello.
Aku menatapnya skeptis. Kukira dia hanya mengerjaiku seperti biasa. Tapi kali ini tidak ada binar jail di matanya.
“Gue serius nih,” katanya. Dan aku yakin dia sungguh-sungguh saat mengatakannya.
“Lalu?”
“Lo mau nggak jadi hujan buat gue, Luvia?” tanyanya
Nggak romantis banget sih.
“Nggak.” jawabku otomatis.
“Ya udah.” sahutnya.
Udah? Gitu aja?
“Lo nggak berusaha ngeyakinin gue atau gimana gitu?” tanyaku
“Buat apa? Gue nggak suka maksa orang.” jawabnya.
Dasar. Harusnya Lo ngeyakinin gue. Batinku setengah patah hati.
“Tapi untuk kali ini gue bikin pengecualian. Lo harus mau ngejadiin gue pacar Lo.”
Tanpa bisa aku cegah aku mengangguk.  Lalu kulihat binar jail itu kembali muncul di matanya.
“Lo nggak ngerjain gue kan?” tanyaku. Cowok itu menggeleng serius.
Dan seketika mendung seakan menghilang entah ke mana. Di mataku. Karena matahari itu sekarang milikku.

Pinky ♥

No comments:

Post a Comment

What do you think about my blog? Please, tell me...